#22 Perjalanan Mengejar Impian

Saya lahir dari keluarga sederhana di kota kecil bernama Kendari, orang tua saya kebetulan PNS bapak Guru dan ibu BPN. Lahir dari keluarga PNS golongan rendah yah gitu hrus bisa nahan diri, dan menyesuaikan kondisi. Kata mama, kalau ada PNS yg sm dengan golongan mereka trus hidupnya kliatan lebih makmur dan wah, pasti krn dia punya usaha lain, punya warisan, klu tidak sering ngobyek, dan kalau tidak lagi amit2 mungkin korupsi. Secara mereka tau gajinya berapa dan penghasilan lain2nya berapa.

Meskipun hidup pas2an tapi bapak selalu berusaha untuk memenuhi segala kebtuhan kami, selalu usaha beliin seragam dan buku baru setiap kami naik kelas, belikan kami mainan, ngajak main dan jalan2. Untuk itu bapak rela ngasih les privat ke orang cina kaya di kota kami tiap malem untuk dapet penghasilan tambahan. Kata bapak,, raihlah cita2 dan impian kalian setinggi mungkin menyangkut cara dan biayanya biar bapak dan mama yang memikirkan. Tugas kalian itu usaha dan terus belajar.

Sejak saat itu saya udah ingin seperti bapak, ingin jadi guru yang berdedikasi buat murid2nya dan juga buat keluarganya.  Kata orang ada perbedaan mendasar antara keinginan dan impian. Ingin kalau saat itu saja pengennya, impian kalau sesuatu itu dipengenin terus menerus dan usaha buat diwujutin.

Sepertinya keinginan jadi guru ini telah berubah menjadi impian. Bukan, saya gak cita2 jadi guru karena ingin mencerdaskan dan membangun karakter murid saya, terlalu idealis sepertinya. Saya Cuma ingin jadi guru seperti bapak. Jadi guru yang bisa jadi tauladan murid2nya, jadi guru yang meskipun udah lama pisah pas ketmu masih di cium tangannya, jadi guru yang dikenang siswanya sebagai guru disiplin yang ngajar siswanya untuk jadi disiplin. Jadi guru yang sampe rela datengin rumah siswanya Cuma buat minta ijin supaya anak itu bisa terus sekolah. Yah cukup seperti itu… tapi yang seperti itu bisa jadi lebih berat dan tak semudah yang saya bayangkan.

Waktu terus berjalan semakin besar saya sedikit melupakan impian tadi, mungkin pengaruh pergaulan dan ragamnya profesi membuat saya memutuskan mengambil pmdk di jurusan statistic di salah satu universitas di Jawa saya dinyatakan lulus. Apa lacur karena jarak yang lumayan jauh dan kemungkinan masalah ekonomi mama gak ngijinin saya buat kuliah di jawa.  Saya di suruh SPMB untuk kuliah sj di kendari dan ingat harus yang negeri karena biayanya murah.

Saya kembali ingat impian saya untuk jadi guru, maka ikutlah saya spmb dengan memilih jurusan keguruan. Pilihan pertama bahasa inggris dan ke 2 matematika. Sebenarnya saya lebih suka math dibandingkan bahasa inggris, selain itu juga supaya bisa persis seperti bapak yang merupakan guru math smp. Tapi atas saran teman yang bilang kalau biasanya kita bakalan jatuh di pilihan ke dua maka saya milih math sebagai jurusan ke 2. Lagian meliat passing grade dan peminat bahasa inggris lebih tinggi di bandingkan matematika saya yakin kalaupun lolos saya akan jatuh dipilihan ke 2.

Tapi yassalam, saya ternyata lulus di jurusan bahasa inggris. Untuk integrasi di semester ke 3 rasanya sayang meliat nilai saya lumayan bagus. Ternyata keputusan saya tepat  sejak semester 3 saya dapat beasiswa prestasi yang nilainya lumayan buat beli diktat kuliah dan bayar spp (spp saya saat itu murah cuy cumin rp. 350rb/semester).

Selama menempuh studi di FKIP keinginan untuk jadi guru semakin besar, gak hanya kuliah saya pun iseng kerja sambilan di dealer resmi operator local bergenre merah. Saat itu hidup rasanya menyenangkan kuliah gratis dan saya bisa punya uang sendiri dari hasil kerja sambilan. Keinginan untuk bisa kuliah murah dan meringankan beban bapak dan mama di ganjar dobel oleh Allah dengan kuliah gratis dan gaji dari keringat sendiri. Sejak semester 3 saya resmi ga ditanggung bapak mama (selain nebeng tinggal dan makan minum dirumah tentunya).

Setelah lulus kuliah nasib tidak langsung menjadikan saya seorang guru, sudah berapa kali test saya selalu gagal. Dengar2 isu dari teman2 untuk lolos jadi guru PNS kita harus nyiapin duit sekian puluh juta buat nyogok pejabat penentu. Saya langsung mengkeret. Meskipun bapak dan mama mungkin mampu buat nalangin, saya merasa rugi, gak saya gak mau bayar untuk itu. Saya kemudian nyoba2 daftar di berbagai perusahaan. Dan akhirnya terdamparlah saya di Bank Pertama murni sayariah ini *Ketahuan donk ya*

Pas kerja di bank ini saya kembali lupa dengan impian saya tadi, sibuk bekerja dan suasana kerja yang nyaman plus gaji yang lumayan bikin saya merasa berada di comfort zone. Rasanya saya ingin berkarir saja di bank ini. Tapi setelah 4 tahun bekerja tiba2 daerah penempatan saya membuka pendaftaran untuk seleksi menjadi guru. Sayapun iseng mendaftar, tidak dengan harapan apa2. Krn isu yang beredar untuk lolos banyak yang nyiapin duit ratusan juta. Saya Cuma bisa usaha ngerjain test sebaik mungkin dan berdoa kepada Allah kalau memang ini yang terbaik untuk saya dan keluarga saya pasti rejeki ini gak kemana, gak mungkin tertukar.

Setelah test saya kembali sibuk bekerja menyiapkan report akhir tahun, mengejar target dan sebagainya. Tanpa dinyana saat pengumuman nama saya tertera sebagai salah satu yang lolos seleksi. Ternyata sekrang pemerintah telah memberlakukan system passing grade dan peringkat untuk lolos dan hasilnyapun langsung di umumkan di internet jadi minim kolusi. Impian saya sekian tahun akhirnya bisa terwujud di akhir tahun ini. Alhamdulillah.

Saat ini saya masih melaksanakan tugas saya sebagai banker, saya akan resign masih sekitar 2 bulan lagi. Semoga saja ketika menjadi guru nanti saya bisa menjalankan tugas saya dengan sebaik2nya. Bukankah bekerja sesuai passion itu menyenangkan dan inshaallah kalau senang menjalaninya bisa menghasilkan sesuatu yang baik bukan…. Can I get amin??

Gimana dengan temans apa impian kalian? Sudahkah itu terwujud?

Tulisan ini diikutsertakan pada Giveaway Kolaborasi : Apa Impianmu