Thursday, March 6, 2014

#37 Bertamu tak Sengaja ke Desa Adat Hukaea di Areal Taman nasional Rawa Aopa Watumohai



Menyambung postingan saya senin kemarin yang ini, tentang jalan2 pagi ke Taman nasional rawa Aopa Watumohai saya ingin cerita sedikit tentang pengalaman kami bertamu tak sengaja ke Desa Adat Hukaea Laeya Bombana. Seperti yang kita tahu yang namanya areal Taman nasional, hutan Lindung, suaka marga satwa itu gak boleh ditinggali sama penduduk. Tapi ada pengecualian untuk masyarakat adat.

Nah, tanpa sengaja di trip singkat yang Cuma 5 jam kemarin karena penasaran liat kawasan pengamatan burung kami sedikit masuk ke areal hutan skitaran 2 km dari tepi jalan. Ternyata ada jalan kecil yang terbentuk diantara padang rumput  karena sering dilalui kendaraan bermotor. Jalanannya bercabang2 dan setiap cabangnya Cuma muat satu motor tapi meskipun bercabang setelah beberapa meter pasti akan bertemu di ujung yang sama (pahamkan maksud  saya heheh). Pas lagi asik liat2 tanpa sengaja kami bertemu penduduk Hukaea yang sedang keluar desa guna membeli keperluan di pasar terdekat. Si Bapak nanya kami ngapain ke Padang situ beliau mengira kami peneliti, kami jawab aja mau liat2 burung pak. Karena penasaran kok ada bapak boncengan sama anak kecil keluar dari tengah hutan kalau sama cewek kece pasti otak kami langsung mesum kami lalu nanya bapak itu dari mana. Dari hasil wawancara kami dengan beliau *tseet dah bahasanya :D, ternyata Desa adat Hukaea yang sering kami dengar itu udah gak jauh dari situ tinggal sekitaran 10 km lagi, 10 km yang kemudian seperti tanpa ujung. Katanya ikuti aja jalur yang ada bekas bannya pasti bakalan sampe ke desa itu.


padang rumput tempat pengamatan burung yang ternyata jalan masuk ke Hukaea


Di dorong sama rasa penasaran yang tinggi dan jiwa petualang yang menggebu kami pun nekad masuk menyusuri hutan savanna untuk bertemu si Hukaea. Sejauh mata memandang yang keliatan Cuma padang rumput setinggi pinggang, pohon2 Agel, Lontara dan entah pohon apalagi mirip pohon kopi tapi bukan kopi. Sempat juga terbersit dipikiran kalau ada yang nyulik dan ngabisin nyawa kami pasti gak bakal ada seorangpun yang tau. Fiuuuh.

Dalam perjalanan yang sepertinya tak berujung itu, kami juga mampir sebentar ke beberapa spot buat sekedar liat burung bermain dan ngambil foto. Sayang iphonenya si Bond sisa 10 % doank battrenya dan bb saya jg di batasi buat jaga2. Setelah nempuh jarak sekitar 5km kedalam hutan kami bertemu lagi dengan sepasang suami istri yang sepertinya akan berangkat ke Rumbia, pas kita tanyain Hukaea di mana katanya udah dekat kok tinggal lewatin jembatan dan 2 belokan *mungkin maksudnya belok kiri belok kanan kali ya. Kamipun tambah bersemangat buat nyampe kesana. Tapi kok ya udah lewat 2 jembatan kami belum juga tiba, persedian bensin motor semakin menipis mana ban depan udah mulai kempes karena bocor. Sebenarnya sudah mulai khawatir, tapi entah mengapa rasa penasaran selalu aja ngomong entar aja baliknya kalau di balik pohon itu belum nemu perkampungan. Gitu terus sampe beberapa kali :D… 


jalan masuk yang berkelok2, nemu pohon pinus tua yg mungkin sudah ada sejak jaman puba xiixixixixi

lupa pasang foto mejeng dekat plang peringatan, tapi awas lo jgn ngatain saya mirip satwa liar ya :D

Setelah menempuh perjalanan yang cukup meleahkan sampelah kami di perkampungan Laeya,, jalan beberapa meter dan nemu kios yg jualan bensin, Alhamdulillah artinya kami bisa pulang. Ternyata kampungnya tak seprimitif yang kami kira. Ada satu kios kecil yang ngejual macam2 kebutuhan dan ada satu tempat buat nambal ban yang emang sich semua pekerjaannya masih manual, mompanya masih pake pompa kecil dan g bisa nambal kalau kebetulan kita make ban tubeless setidaknya ban motor Bond bisa diperbaiki.
Kami mampir sebentar ke penjual bensin dan ngobrol dengan  pemiliknya bernama Mama ida yang amat ramah, kami ngobrol banyak tentang perkampungan Hukaea yang katanya rame di kunjungi pas jelang pemilu kek gini, dikiranya kami bakalan kampanye kali :D

ibu ida yg super ramah dan nawarin kita sarapan ala kampung yang maknyuss


Setelah ngisi bensin kamipun ke tempat penambalan ban punya Pak Muslimin yang serba bisa,,  tanya2 sedikit tentang kampung adat ini, katanya akan ada pesta panen raya bulan 5 *sepertinya ini akan menjadi agenda wajib kami. Sekrang pak Muslimin ini sedang sibuk membuat kusen dan pintu ukiran untuk rumah adat dan balai desa. Hukaea ini sedang di rekonstruksi kembali sebagai kampung adat setelah kunjungan bupati beberapa waktu lalu krn menurut info dari Pak Muslimin Kampung ini pernah terkena Operasi Sapu Jagad, salah satu dari operasi militer tahun 80an yang membakar habis semua rumah penduduk di kawasan taman nasional atau hutan lindung jaman orde lama dulu.  Meskipun kampung adat ini sudah terbilang maju terbukti dengan adanya kendaraan bermotor, genset dan tanda2 modernisasi lainnya tapi tetap mempertahankan nilai2 adat dan budaya local


keluarga pak muslimin yang bersahaja


tempat parang di pukul2, semua proses masih manual :D, parang2nyapun ada yang di bayar cuma dengan ucapan trimakasih


Menurut penuturan pak Muslimin untuk membangun Balai Desa dan Rumah adat selain mengandalkan bantuan pemerintah juga mengutamakan gotong royong antar warga. Setiap hari jumat warga laki2 dewasa berkumpul untuk beramai2 menyelesaikan rumah adat, kalau tidak ikut gotong royong akan ada denda dan lain2. Tapi sepertinya gak ada warga yang berat untuk ikut gotong royong menyelesaikan rumah adat ini. Selain itu budaya saling mengantarkan makanan antar tetangga juga masih kental, saya liat sendiri gimana anak mama ida membawa sebaskom besar rambutan hasil panen mereka ke rumah keluarga Pak Muslimin, selain itu karena pak Mus ini Pandai besi dan jago membuat alat2 pertanian seperti kampak dan parang ada juga warga yang datang membeli dan di bayar dengan ucapan terimakasih saja. Karena pengerjaan ban motor bond lumayan lama kami juga sempat sarapan di rumah mama ida bermenukan beras baru hasil panen dari sawah dan sayur dari kebun milik sendiri, sedaaaaap, mana adakan orang yang nawarin makan di rumahnya pada orang lain yang baru di temui saat itu. Nilai2 kekeluargaan seperti ini sudah jarangkan kita temui di kota2 bahkan di rumbia sekalipun yang masih terhtiung daerah terpencil. Keramahtamahan khas penduduk desa.

Masih dari cerita pak muslimin, di kawasan itu juga ada panser dan mobil tank peninggalan Belanda. Pernah sekali waktu beliau ke hutan untuk menjerat ayam tanpa sengaja menabrak panser dan tank ini. Tapi ketika keesokan harinya mengantar orang untuk melihat tank tersebut tak ada lagi di tempatnya,, entah sulap entah sihir menurut kepercayaan setempat tank itu hanya bisa diliat justru ketika kita gak berniat mencarinya. Di lokasi itu juga sering kedatangan tamu dari luar seperti stasiun tv yang ingin meliput acara adat, orang2 dari LSM dan lembaga konservasi burung, jadi setidaknya mereka telah terbiasa dengan orang luar. Bahkan katanya ada juga yang datang untuk mencari harta karun peninggalan kompeni dan Jepang yang entah tersembunyi di sudut mana ;)

Penduduk desa juga masih menggunakan cara2 tradisional untuk penerangan ketika malam tiba, kata pak mus ntuk penerangan mereka kadang masih memakai lampu pelita dengan bahan bakar jarak, sedikit tumbuhan jarak bisa untuk menerangi dari malam sampe pagi. Setelah pengerjaan ban motor bond selesai kami sempat membeli parang dengan gagang kepala naga dan sarung tangan berukir dari pak Muslimin seharga 200rb sebagai kenang2an, kamipun pamit dan berjanji kapan2 kami akan kembali ke hukaea lagi untuk cerita dan pengalaman yang lebih seru tentunya. Anehnya ketika perjalana pulang kok rasanya lebih singkat dibanding waktu kesana ya? Apa karena kami tau tujuannya. Saya sampe kaget pas liat mobil melintas ternyata kami sudah tiba di pinggir jalan tepi hutan :D

cuma ingin nampang hahahah


Oh iya, Sebelum mengakhiri post yang lumayan panjang dan ngebosenin ini, saya mau minta maaf karena sedikit foto yang menggambarkan tentang kampung Hukaea ini, hp kami berdua lobet total dan kami gak membawa powerbank atau kamera cadangan. Inshaallah kami akan kembali lagi kesana untuk acara panen raya dan peresmian rumah adat dan balai desa. desa hukaea ini juga sudah kami pilih untuk project kecil2an kami untuk membuat komunitas baca. Mengingat koleksi buku dan komik yang sempat saya ceritakan dulu sudah menyentuh angka seribuan dan sayang Cuma jadi makanan rayap kami berniat untuk membentuk komunitas baca di beberapa daerah terpencil di Bombana sehingga kami bisa menshare sedikit pengetahuan kepada anak2 di lingkungan sekitar kami. Semoga project kecil2an kami ini bisa segera terwujud ya, inshaallah akan saya ceritakan perkembangannya di blog ini.

Selamat hari ini temans….

cheers




RheY

12 comments:

  1. Masih asri banget ya, Mbak Rhey? :D Tapi berarti masih banyak donk ya satwa liar yang emang tinggal di situ. Mudah-mudahan tetap terjaga kelestariannya. :)

    Btw, Mama Ida pake piyama kiyut tenan yo. Hihihi.. Update juga beliau. :D

    ReplyDelete
  2. asyik bener bisa foto2an ditengah jalan kalau disini jarang bis asepi tuh kecuali car free day tapi tetep ramai sama yang jalan &naik sepeda

    ReplyDelete
    Replies
    1. iya mbak, siang aja mobil jarang apalg pagi2 kek gitu.... cuman kalau pas lewat suka balap2....

      Delete
  3. ini dimana?
    ngubek2 ke bawah .. masih ga ngeh di propinsi apa.. hehe
    maklum baru aja datang

    ReplyDelete
  4. Wah asiknya ya mas bisa eksis dan narsis

    ReplyDelete
  5. senangnya bisa jalan jalan hehe, jadi pengen....

    ReplyDelete
  6. Jalannya sepi bgt, bisa ga yah nih mobil2 disini ditfer kesana.. Dikit ajaa..hahah :p

    ReplyDelete