Menyambung postingan saya senin kemarin yang
ini, tentang
jalan2 pagi ke Taman nasional rawa Aopa Watumohai saya ingin cerita sedikit tentang
pengalaman kami bertamu tak sengaja ke Desa Adat Hukaea Laeya Bombana. Seperti yang
kita tahu yang namanya areal Taman nasional, hutan Lindung, suaka marga satwa
itu gak boleh ditinggali sama penduduk. Tapi ada pengecualian untuk masyarakat
adat.
Nah, tanpa sengaja di trip singkat yang Cuma 5 jam kemarin
karena penasaran liat kawasan pengamatan burung kami sedikit masuk ke areal
hutan skitaran 2 km dari tepi jalan. Ternyata ada jalan kecil yang terbentuk
diantara padang rumput karena sering
dilalui kendaraan bermotor. Jalanannya bercabang2 dan setiap cabangnya Cuma
muat satu motor tapi meskipun bercabang setelah beberapa meter pasti akan
bertemu di ujung yang sama (pahamkan maksud
saya heheh). Pas lagi asik liat2 tanpa sengaja kami bertemu penduduk
Hukaea yang sedang keluar desa guna membeli keperluan di pasar terdekat. Si
Bapak nanya kami ngapain ke Padang situ beliau mengira kami peneliti, kami
jawab aja mau liat2 burung pak. Karena penasaran kok ada bapak boncengan sama
anak kecil keluar dari tengah hutan kalau sama cewek kece pasti otak kami
langsung mesum kami lalu nanya bapak itu dari mana. Dari hasil wawancara
kami dengan beliau *tseet dah bahasanya :D, ternyata Desa adat Hukaea yang
sering kami dengar itu udah gak jauh dari situ tinggal sekitaran 10 km lagi, 10
km yang kemudian seperti tanpa ujung. Katanya ikuti aja jalur yang ada
bekas bannya pasti bakalan sampe ke desa itu.
|
padang rumput tempat pengamatan burung yang ternyata jalan masuk ke Hukaea |
Di dorong sama rasa penasaran yang tinggi dan jiwa petualang
yang menggebu kami pun nekad masuk menyusuri hutan savanna untuk bertemu si
Hukaea. Sejauh mata memandang yang keliatan Cuma padang rumput setinggi
pinggang, pohon2 Agel, Lontara dan entah pohon apalagi mirip pohon kopi tapi
bukan kopi. Sempat juga terbersit dipikiran kalau ada yang nyulik dan ngabisin
nyawa kami pasti gak bakal ada seorangpun yang tau. Fiuuuh.
Dalam perjalanan yang sepertinya tak berujung itu, kami juga
mampir sebentar ke beberapa spot buat sekedar liat burung bermain dan ngambil
foto. Sayang iphonenya si Bond sisa 10 % doank battrenya dan bb saya jg di
batasi buat jaga2. Setelah nempuh jarak sekitar 5km kedalam hutan kami bertemu
lagi dengan sepasang suami istri yang sepertinya akan berangkat ke Rumbia, pas
kita tanyain Hukaea di mana katanya udah dekat kok tinggal lewatin jembatan dan
2 belokan *mungkin maksudnya belok kiri belok kanan kali ya. Kamipun tambah
bersemangat buat nyampe kesana. Tapi kok ya udah lewat 2 jembatan kami belum
juga tiba, persedian bensin motor semakin menipis mana ban depan udah mulai
kempes karena bocor. Sebenarnya sudah mulai khawatir, tapi entah mengapa rasa
penasaran selalu aja ngomong entar aja baliknya kalau di balik pohon itu belum
nemu perkampungan. Gitu terus sampe beberapa kali :D…
|
jalan masuk yang berkelok2, nemu pohon pinus tua yg mungkin sudah ada sejak jaman puba xiixixixixi |
|
lupa pasang foto mejeng dekat plang peringatan, tapi awas lo jgn ngatain saya mirip satwa liar ya :D |
Setelah menempuh perjalanan yang cukup meleahkan sampelah
kami di perkampungan Laeya,, jalan beberapa meter dan nemu kios yg jualan
bensin, Alhamdulillah artinya kami bisa pulang. Ternyata kampungnya tak
seprimitif yang kami kira. Ada satu kios kecil yang ngejual macam2 kebutuhan
dan ada satu tempat buat nambal ban yang emang sich semua pekerjaannya masih
manual, mompanya masih pake pompa kecil dan g bisa nambal kalau kebetulan kita
make ban tubeless setidaknya ban motor Bond bisa diperbaiki.
Kami mampir sebentar ke penjual bensin dan ngobrol dengan pemiliknya bernama Mama ida yang amat ramah,
kami ngobrol banyak tentang perkampungan Hukaea yang katanya rame di kunjungi
pas jelang pemilu kek gini, dikiranya kami bakalan kampanye kali :D
|
ibu ida yg super ramah dan nawarin kita sarapan ala kampung yang maknyuss |
Setelah ngisi bensin kamipun ke tempat penambalan ban punya
Pak Muslimin yang serba bisa,, tanya2
sedikit tentang kampung adat ini, katanya akan ada pesta panen raya bulan 5
*sepertinya ini akan menjadi agenda wajib kami. Sekrang pak Muslimin ini sedang
sibuk membuat kusen dan pintu ukiran untuk rumah adat dan balai desa. Hukaea
ini sedang di rekonstruksi kembali sebagai kampung adat setelah kunjungan
bupati beberapa waktu lalu krn menurut info dari Pak Muslimin Kampung ini
pernah terkena Operasi Sapu Jagad, salah satu dari operasi militer tahun 80an yang
membakar habis semua rumah penduduk di kawasan taman nasional atau hutan
lindung jaman orde lama dulu. Meskipun
kampung adat ini sudah terbilang maju terbukti dengan adanya kendaraan
bermotor, genset dan tanda2 modernisasi lainnya tapi tetap mempertahankan
nilai2 adat dan budaya local
|
keluarga pak muslimin yang bersahaja |
|
tempat parang di pukul2, semua proses masih manual :D, parang2nyapun ada yang di bayar cuma dengan ucapan trimakasih |
Menurut penuturan pak Muslimin untuk membangun Balai Desa
dan Rumah adat selain mengandalkan bantuan pemerintah juga mengutamakan gotong
royong antar warga. Setiap hari jumat warga laki2 dewasa berkumpul untuk
beramai2 menyelesaikan rumah adat, kalau tidak ikut gotong royong akan ada
denda dan lain2. Tapi sepertinya gak ada warga yang berat untuk ikut gotong
royong menyelesaikan rumah adat ini. Selain itu budaya saling mengantarkan
makanan antar tetangga juga masih kental, saya liat sendiri gimana anak mama
ida membawa sebaskom besar rambutan hasil panen mereka ke rumah keluarga Pak
Muslimin, selain itu karena pak Mus ini Pandai besi dan jago membuat alat2
pertanian seperti kampak dan parang ada juga warga yang datang membeli dan di
bayar dengan ucapan terimakasih saja. Karena pengerjaan ban motor bond lumayan
lama kami juga sempat sarapan di rumah mama ida bermenukan beras baru hasil
panen dari sawah dan sayur dari kebun milik sendiri, sedaaaaap, mana adakan
orang yang nawarin makan di rumahnya pada orang lain yang baru di temui saat
itu. Nilai2 kekeluargaan seperti ini sudah jarangkan kita temui di kota2 bahkan
di rumbia sekalipun yang masih terhtiung daerah terpencil. Keramahtamahan khas
penduduk desa.
Masih dari cerita pak muslimin, di kawasan itu juga ada panser
dan mobil tank peninggalan Belanda. Pernah sekali waktu beliau ke hutan untuk
menjerat ayam tanpa sengaja menabrak panser dan tank ini. Tapi ketika keesokan
harinya mengantar orang untuk melihat tank tersebut tak ada lagi di tempatnya,,
entah sulap entah sihir menurut kepercayaan setempat tank itu hanya bisa diliat
justru ketika kita gak berniat mencarinya. Di lokasi itu juga sering kedatangan
tamu dari luar seperti stasiun tv yang ingin meliput acara adat, orang2 dari
LSM dan lembaga konservasi burung, jadi setidaknya mereka telah terbiasa dengan
orang luar. Bahkan katanya ada juga yang datang untuk mencari harta karun
peninggalan kompeni dan Jepang yang entah tersembunyi di sudut mana ;)
Penduduk desa juga masih menggunakan cara2 tradisional untuk
penerangan ketika malam tiba, kata pak mus ntuk penerangan mereka kadang masih
memakai lampu pelita dengan bahan bakar jarak, sedikit tumbuhan jarak bisa
untuk menerangi dari malam sampe pagi. Setelah pengerjaan ban motor bond
selesai kami sempat membeli parang dengan gagang kepala naga dan sarung tangan
berukir dari pak Muslimin seharga 200rb sebagai kenang2an, kamipun pamit dan
berjanji kapan2 kami akan kembali ke hukaea lagi untuk cerita dan pengalaman
yang lebih seru tentunya. Anehnya ketika perjalana pulang kok rasanya lebih
singkat dibanding waktu kesana ya? Apa karena kami tau tujuannya. Saya sampe
kaget pas liat mobil melintas ternyata kami sudah tiba di pinggir jalan tepi
hutan :D
|
cuma ingin nampang hahahah |
Oh iya, Sebelum mengakhiri post yang lumayan panjang dan
ngebosenin ini, saya mau minta maaf karena sedikit foto yang menggambarkan
tentang kampung Hukaea ini, hp kami berdua lobet total dan kami gak membawa
powerbank atau kamera cadangan. Inshaallah kami akan kembali lagi kesana untuk
acara panen raya dan peresmian rumah adat dan balai desa. desa hukaea ini juga
sudah kami pilih untuk project kecil2an kami untuk membuat komunitas baca.
Mengingat koleksi buku dan komik yang sempat saya ceritakan dulu sudah
menyentuh angka seribuan dan sayang Cuma jadi makanan rayap kami berniat untuk
membentuk komunitas baca di beberapa daerah terpencil di Bombana sehingga kami
bisa menshare sedikit pengetahuan kepada anak2 di lingkungan sekitar kami.
Semoga project kecil2an kami ini bisa segera terwujud ya, inshaallah akan saya
ceritakan perkembangannya di blog ini.
Selamat hari ini temans….
cheers
RheY